Posts

Showing posts from December, 2017

Dialog Senja

Ketika ku tanya pada api, mengapa kayu-kayu itu kau lalap dan menghanguskannya, api pun menjawab “aku tidak melalap dan menghanguskannya, tapi aku ingin terus abadi bersama kayu dalam partikel-partikel debu”.

Hujan dipenghujung Bulan

Image
Udara pagi tampak sejuk, aku berjalan dengan penuh riang menuju jendela kamar yang sudah mulai lusuh, karena sudah hampir 20 tahun belum lagi di sentuh oleh cat yang penuh warna. Kulihati kesejukan pagi yang dihiasi oleh rintik-rintik hujan yang sudah membasahi daun-daun dan ranting-ranting pohon. tiba-tiba aku tersentak kaget "Waww..Hdwwwh", kau tau apa yang aku lihat wahai kekasih? "Ternyata rintik-rintik hujan kini menjelma menjadi wajahmu, wahai kekasih" dan aku tampak keheranan karena bibirku tiba-tiba terus menyebut-nyebut namamu".

Hanya Rasa

Image
Indahnya hidup Kau tahu, bahagiamu adalah keindahan Susahmu adalah harapan Sakitmu adalah ampunan Hartamu adalah jalan Miskinmu adalah kenikmatan Wahai jiwa, Kau tidak merasa nikmatnya kaya Kau tak sejuk dalam kekurangan Kau tak bahagia dalam duka Kau tak merasa nikmatnya senyum dalam kegagalan Jiwa,,,, Kau tak damai dalam hinaan mereka Kau tak pernah cukup dalam tumpukan harta Kau adalah rasa Pada masanya kau akan memahaminya Arti kehidupan yang sebenarnya Biarkan dan jangan pernah menyesal  Ambilah pelajaran dan berlarilah Jika kau mampu menyamakan duka dan bahagia hanyalah rasa, maka kau adalah manusia utama, manusia istimewa. Banjarnegara, 04 Juli 2017

Mall Tradisional

Ini pasarku bukan berarti ku anti mall dan gedung-gedung tinggi Bukan, karena aku cinta budaya dan desaku Dan itu tidàk bertentangan dengan keyakinanku Dan engkau berkata Bukan itu tapi karena kantongku Kau tertawa Aku artikan kau tidak menghina Karena kita beda kasta dan beda rasa Rasaku tak sama Uangmu juga beda Gayamupun tak ubahnya makhluk-makhluk yg pernah ada Akuilah kita sama walau langkah kita beda Gedung kau dirikan Jangan kau bongkar pasar tradisional Pakaian mewah kau kenakan Compang-camping pakaian jangan kau hinakan Memang kau juga harus ada Akupun juga Adaku karena terciptamu Adaku karena pelengkap dunia Jangan kau permasalahkan dan jangan berambisi membongkarnya Karena kita sama Jangan menganggap dan berkukuh kita beda Karena kau akan hancur dan hilang bersamanya Banjarnegara, 4 Februari 2017

Rinduku

Mengapa angin-angin terus meneriakan namamu di hadapanku Bahkan langit yang tadinya gelap, kini tiba-tiba biru dan menjelma menjadi wajahmu Burung-burung juga menyanyikan lagu yang berisi garis senyumu Air sungai kini berhenti mengalir karena tau aku sedang merindumu Tapi aku tak tau rasamu padaku kekasih, atau ini hanya rasaku, rasa rindu yang tanpa tau rasamu

Sendaugurau

Rindu adalah nama untuk tetap dan selalu ada, karena rasa itu kini kita hadir dalam dunia. Rasaku mungkin beda dari rasamu tapi inilah sang rasa. 22 Desember adalah hari Ibu, kita teriakan dan semangat mengucapkan selamat pada wanita-wanita yang kini telah berbahagia, tapi sayangnya itu semua hanyalah retorika, sudah sekian kali kita menemui hari ibu tapi rasa kasih sayang dan rasa tentang peduli tak kunjung bertambah tapi semakin berkurang. rasa yang seharusnya tetap hadir dalam keadaan apapun tapi mengapa rasa itu kini beda. Ibu yang ucapan dan doanya adalah utama, tapi aku semakin tak peduli karena rinduku telah terbagi. dan aku ingin kembali, ibu adalah satu, ibu adalah manusia yang terus ada surga bersamanya, ibu adalah wanita yang dengan ucapannya bisa mengguncang dan mengubah dunia. wanita yang utama adalah Ibu. Ibu. Lelaki hebat terlahir dari Wanita, iyah Kau IBU....

Kisah cinta Laila Majnun

Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiliki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam  ramuan   dan  obat , tetapi tidak berhasil. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka berdua. “Mengapa tidak?” jawab sang kepala suku. “Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya.” Mereka pun bersujud kepada ALLAH, sambil  berurai   air   mata  dari relung hati mereka yang terluka. “Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami.” Tak lama kemudian, doa mereka dikabulk